Selasa, 17 Februari 2009

Do you believe a miracle ?

19:47:15 . . . atau 03:47:15 setelah test TOEFL

17 September 2009, 3 hari setelah Valentine Day, dan 4 hari setelah Friday The Thirdteen.

Namun hari ini tidak kalah hebohnya dengan 2 hari tersebut. Because today adalah hari ulang tahun seseorang yang pasti kita semua kenal. Sosok bersahaja yang mampu membuat kram lidah anak-anak berseragam kotak-putih.

Siapakah beliau, tak lain tak bukan adalah Suster Francesco Marianti OSU (mohon maaf sebesar2nya klo ada salah pengetikan nama dan gelar)

Secara pribadi saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun, semoga suster semakin bisa berkarya di bidangnya dan juga bisa mencetak anak-anak gemilang calon masa depan. (gw gak termasuk keknya)

Kita beralih ke topik lain, gw takut gw keceplosan yang kagak-kagak.

Woke . . . Hari ini nothing special at school, kecuali hari pertamanya monyetijospidol jalan berduan dengan ****** <-- bener gak tuh jumlahnya ._.

Mereka berdua jalan dengan indahnya laksana entok berenang di danau Toba. Mereka pun menanjak ke FoodCourt Sanur (tempat jajan anak Sanur yang terletak dibelakang bukit sekolah, dibatasi oleh pagar tebal laksana LP Cipinang)

Kemudian libido anak-anak SanctuS pun membludak kaya ceret kepenuhan aer mendidih.

Dipelopori oleh D*d*, sang ketua SanctuS, diikuti oleh kacung-kacungnya (gw termasuk) menyoraki monyetijospidol dan sang puteri salju. Maklum, mayoritas anggotanya jomblo, walopun mayoritas pula dah ada cem-cem-nya. Cielahhh, suittt suittt ^^

Dua sejoli tersebut pun merasa terganggu oleh tuyul Twentyone tersebut, dan langsung meninggalkan TKP.

Sisanya hari berjalan seperti biasa, anggota SanctuS adalah pelanggan setia Es Krim Feast yang dijual mas-mas gendut berwajah ceria yang tidak diketahui namanya.

Gw, Etu (Edwin G*z*li), en monyetijospidol pun pulang menuju kota Tangerang tercinta. Singkat kata singkat paragraf, kita bertiga ada test TOEFL listening yang terletak diperumahan Banjar Wijaya tercinta.

Intinya test itu ada 3 tahap. Tahap pertama cuman repeating dari bahan-bahan di minggu-minggu sebelumnya, tahap 2 dikasih soal baru yang pertama kali didenger, tahap 3 suruh buat narasi tentang topik yang telah dibacakan. Tahap 1 bisa kerjain sambil merem, tahap 2 dan 3 musti merem buat doa Novena biar bisa.

Sekedar info, ada 2 siswi Sanur BSD yang juga terdampar di tempat les tersebut, siapakah dy ??

Setelah selesai bertempur, kita bertiga pun hengkang ke rumah gw, tempat transit sebelum 2 bocah ini kembali ke habitatnya masing-masing.

Monyetijospidol langsung menyabotase kompi gw, si Etu A.K.A Edwin baca Slam Dunk gw, yang beberapa kriting akibat dibaca waktu boker ama Silas Batubara (dendam pribadi --a)

Lalu apa yang gw lakukan ?? Gw cuman ngiter-ngiter pake bangku beroda kayak bayi kangguru 2 hari kelempar dari kantong emaknya. Gw bingung ngapain di rumah sendiri, hik hik.

Kemudian tanpa sebab dan akibat, gw teringat peristiwa berdarah yang dulu gw lalui bersama Edwin. Seperti apakah kisahnya ??? Saksikan setelah spasi berikut ini . . .

Kala itu gw terdampar di jemputan MAS Transport bersama makhluk satu ini. Waktu itu nahkodanya masih Om Djoko atawe Om UU.

FYI, gw sempet benci ama neh anak, mukanya gak enakin banget (serius gw). Bahkan di taon pertama gw gak ngomonk sama sekali ama dy (serius lagi). Padahal waktu itu gw duduk bedua ama dy di samping Pak Kusir.

Everyday, everytime, everymoment, I spend my moment with this asshole chinese boy.

Kemudian di kelas 2 gw rada deket ma dy, karena itu jamannya gw maen CS dan Dota. Tiap hari lari ke ruko Barcelona di seberang Sanur, lebih tepatnya ke Klop-Net. Letaknya ruko kedua dari ujung.

Waktu pun tak terasa, bergulir laksana tali puser. Dan gw pun jatuh cinta dengan bocah satu ini.
Dibalik kebangsatannya, tersimpan kecinaannya yang kental dan otak rada sengklek, calon penghuni VIP RS Grogol.

Gw singkat aja ye ke tragedinya. Waktu itu menjelang penghujung SMP kelas 3. Seperti yang kalian tau, Sanur menjunjung faham ekonomi Adam Smith (asbun aje gw).

Dari kita, dengan kita, dan untuk kita. Intinya di pesta perpisahannya kita isi dengan acara yang dibuat sendiri oleh anak-anak Sanur. Ide brilian untuk menghemat biaya, yeah. Padahal sekolah laen mungkin ngundang ST12 buat manggung.

Nah, buat pentas tentu saja kudu ada persiapan, maka dari itu 2 minggu sebelum pesta perpisahan, kita semua dah bebas dari pelajaran dan tiap hari cuman latian buat pentas.

Dateng pagi-pagi, kemudian berembuk latian ampe siang hari, lalu pulang maen SEAL ONLINE

Dari 14 hari tersebut, di suatu hari gw ma Etu datang terlalu pagi. Waktu itu tempat latiannya terletak di Hall serba guna TK.

So, kita berdua jalan dengan mesumnya menyusuri jalan setapak menuju Hall TK.

Kemudian didapatilah hanya 2 homosapiens ini yang ada disana. Berhubung lagi sepi, muncul pikiran yang aneh-aneh. Berhubung gesper gw susah dibuka, jadi pikiran tadi pun batal dilaksanakan.

Karena takut dikira lagi transaksi wanita di bawah umur, gw pun masuk ke hall TK yang lantai bawah, berhubung yang lantai atas blon dibuka pagernya.

Sim salabim, tergeletaklah sebuah bola sepak tak berdaya yang lupa dimasukin ke kandangnya. Klo lo jadi gw pasti lo bakal melakukan hal yang sama, yaitu dengan noraknya maen bola di Hall TK.

Alhasil gw ma etu kek ocit tendang-tendangan bola dari ujung ke ujung sambil teriak-teriak dan ketawa ketiwi. Klo divideoin bisa jadi juara di acara World's Crazziest Animal.

Kejadian jahaman tersebut berlangsung kurang lebih 5 menit. Gw dah keringet lora lari dari ujung ke ujung. Kemudian, terjadilah tragedi ini. . . .

Seperti yang lo tau, tendangan gw STR 99 AGI -5. Dan saat itu jarak gw ke Etu sekitar 15 meter.

Layaknya Elli Eboy, dy ngoper melambung ke arah gw. Memantul sekali ke lantai kayu yang bergetar oleh derap kaki anak-anak tangerang ini.

Kemudian dengan niat menghancurkan wajahnya yang kaya engko-engko jual bakmie bangka. Gw nendang dengan kekuatan maksimal. Tendangan gw sama kaya jurusnya Tsubasa, klo dy nendang bisa nanjak diatas kemudian menukik langsung ke arah gawang, tapi kalo gw terus menanjak ke atas dan kagak turun-turun, serta langsung menghujam lampu neon yang senantiasa menerangi Hall TK.

Cempranggggg . . . . .
Neon sepanjang kurang lebih 80 cm itu hancur menjadi debu-debu kecil terkena bola sepak. Bagian tengahnya ancur jadi pasir, klo mo lebih jelas bayangin aja otak tentara Iraq yang kena shotgun.

Bola dan serbuk neon pun jatuh bersamaan dengan romantisnya. Blon cukup penderitaan gw, kedua sisi neon yang ancur di tengah ikut menyusul karena melorot dari tempatnya, mirip 2 bilah pisau, neon tersebut menyusul sang bola ke lantai kayu.

Cemprangggggg . . . . . . Cemprangggggg . . . . .

Gw cengo, keringet dingin keluar dari dubur, mata gw seakan dicongkel keluar. Gw cengo . . .
Edwin cengo, mukanya minta ditabok, matanya ngeliatin gw, kemudian ngeliatin neon. Dy cengo . . .

Usus serasa kebalik, mata gw langsung liat pintu Hall TK, yang untungnya blon ada orang yang dateng. Gw langsung panik dan jingkrak-jingkrak bedua Edwin.

Saat itu situasi lebih genting dari pada Cut Nyak Dien yang disergap Belanda. Gw dah pengen nangis trus nelen bola tadi biar mati dan Edwin yang diomelin.

Kita dah speechless, klo diliat dari sudut pandang orang ketiga, gw kayak ngasih tau Edwin klo gw hamil 7 bulan dan bayi gw keturunan genderuwo dan minta pertanggung jawabannya.

Saat itu yang ada diotak gw cuman 3 planning :
1. Nelen bola seperti rencana diatas.
2. Gebuk Edwin ampe pingsan di TKP, dan gw kabur jauh-jauh
3, Tetap menjunjung persahabatan dan kabur bersama.

Rencana 1 gak mungkin, soalnya walopun pala gw gede, mulut gw cuman muat 3 jari.
Rencana 2 gw batalin, soalnya gw terikat UU perlindungan terhadap Kaum Tionghoa
Rencana 3 lah yang paling masuk akal dan mungkin, tapi akal budi gw bekerja.

Klo gw kabur, bisa-bisa besoknya dikumpulin anak-anak 1 angkatan di lapangan parkir di siang hari, kemudian dibentak-bentak Pak Hari buat ngaku.

Gilaaaa, bisa gak lulus ke SMA gw. Habis sudah masa depan gw. Arghhhhhhhhhhh . . . .

Kemudian karena gw rajin berdoa setiap 7 hari sekali, tiba-tiba roh kudus datang, dan datang pula ide keempat.

Yaitu membereskan NEON NEON yang pecah tadi . . . . . membersihkan neon yang telah menjelma menjadi pasir dan bilah-bilah pisau.

Yang bisa membersihkannya dengan tangan kosong mungkin hanya Ketua Perguruan Debus Banten. Sedangkan gw hanya bocah malang yang terjebak situasi mematikan di pagi hari menjelang pesta perpisahan.

Gw pun liat keluar, apakah ada orang yang dateng ato gak . . . Hanya belalang dan rumputan berselimut embun yang gw liat. Selain itu ada teknologi mutakhir manusia yang bernama pengki dan sapu.

Bagaikan dikirim dari kayangan, tiba-tiba ada 2 alat yang menyelamatkan masa depan gw tersebut. Ditambah 1 tong sampah biasa.

OMG. Do you believe a miracle ??? I do . . . .

Karena hari itu gw telah menjadi bagian dari istilah China yang disebut "HOKI"

Gw pun ngambil pengki dan sapu, sementara Edwin masih cengo dan bergantian melototin pecahan neon, gw, dan pengki.

Dengan belaian lembut, gw nyampu sati persatu Neon malang tersebut. Tiap gw sapu suara yang keluar kaya tabrakan angkot, kompryanggg kompryangggg . . . .

Setelah 2 menitan menyapu pelan-pelan, akhirnya semua Neon dah keangkut diatas pengki. Dengan langkah kecil dan hati-hati, gw bawa tuh pengki ke depan, buat dibuang ke tong sampah.

Pertama gw melirik dulu kejadian di luar, ternyata aman, yang berubah cuman posisi matahari.
Kedua gw menghadep ke tong sampah.
Ketiga gw nuang tuh Neon ke tong sampah.
Keempat lewat satpam yang innocent dan rada budeg . . .

Gw ulangi, LEWAT SATPAM YANG innocent DAN RADA BUDEG . . .

Kelima gw nerusin nuang neon yang terlanjur merosot dari pengki
Keenam terciptalah suara bombastis pecahan neon yang pecah-pecah di dalam tong sampah

Suaranya mungkin mirip 20 biji keramik China peninggalan Kaisar Mink yang dibanting berulang-ulang di ubin.

Ketujuh gw berdoa pada Tuhan semoga mimpi ini cepat berakhir
Kedelapan gw bersiap-siap diinterogasi sama satpam
Kesembilan si satpam hanya melirik sambil jalan santai menjauhi TKP
Kesepuluh gw telah mengalami "HOKI" yang kedua pada hari itu

Setelah selesai menuang Neon tadi, gw buru-buru masuk ke Hall TK kemudian ngakak keras-keras ama Edwin, Ciekekekkeekekekkekekeke, Wamajajajajajajajjajaja

Sumpah mati pipi ama perut gw kram gara-gara ketawa keras abis, muka gw langsung merah dan keringet pun bebas mengalir.

Gw berdua puas menertawakan diri sendiri dan si satpam tadi, tertawa karena berhasil menyelamatkan masa depan masing-masing, tertawa akan kenalakan di masa SMP, tertawa akan nyawa yang terancam di ujung tanduk, tertawa akan moment terakhir yang berharga di masa SMP.

Special Thanks buat Etu yang membuat detik-detik terakhir di SMP gw jauh lebih berharga ^^

P.S : Yang baca blog ini tolong jangan dilaporin ke Pak Wardi ya @_@