Senin, 26 Januari 2009

Yataaaaaa . . . . .

21:40:53 detik setelah dentang hari raya Imlek.

Hujan pun menyapa di pagi sendu, mengiringi lembayung sinar fajar yang mengintip dari balik tirai embun di deretan rerumputan hijau segar.

Hujan di hari Imlek konon merupakan lambang keberkahan bagi para pemakan babi, walopun menyebabkan warga kota Jakarta menderita kutu air karena banjir.

Di hari besar ini, tiba-tiba gw terbangun jam 07:00 tepat, padahal malemnya bobo jam 01.00
Seperti hari libur lainnya, pagi hari kuhabiskan untuk bermain RF Equilibrium (Private Server)

Belom makan, blom mandi, blom membereskan ranjang, gw meluncur ke ruang komputer di lantai bawah, langsung maen RF dan baca Air Gear (klo ngeteng di Kartela)

Bener-bener surga bagi pelajar, padahal besok ada pe er Prancis yang sampe detik ini masih 10% gw corat coret.

Pukul 09:00 gw nyabu (nyarap Bubur) dan pukul 10:00 gw mandi yang bersih, dari ujung rambut ampe kulit kaki, bersiap untuk pergi bersama Kakek yang rumahnya nan jauh di Blok B.

Kemana kami pergi ??? Berhubung ini hari Sin Cia maka kami pun ke Macro Alam Sutera . . . . .

Apa hubungannya ??? Emang gak ada, karena keluarga gw kurang begitu merayakan yang disebut Imlek, otomatis Angpao pun tak kudapat.

Mungkin buyut gw masih keturunan pribumi, jadi gak ngerayain Imlek. Padahal anak-anak kampung di perumahan gw patroli buat minta Angpao.

Sarung hijau kotak yang dipakai menyerupai cadar, layangan mungut di punggung mereka, berjalan bergerombong seperti semut pekerja. Itu lah Alay, komunitas mayoritas yang membuat tertulis kalimat "Bhineka Tunggal Ika" di kaki Garuda.

Persetan dengan Imlek, me and my family went to Macro buat beli makanan untuk bertahan di musim dingin.

Yang gw gak demen dari Macro (Alfa juga) yaitu gerobaknya yang kudu ditarik, padahal gede, berat, dan panjang. Bagian bawahnya gak ada pembatas di sisinya, jadi klo kebanyakan numpuk BH bisa jatoh berserakan bila tidak hati2 ketika nikung.

Disana mak gw kebanyakan beli SeaFood, seperti udang, bakso, fillet fish (dada ikan) dll. Disana gw juga beli Ikan Selar. Ikan tersebut adalah makanan rakyat bawah, murah dan banyak. Gw banget dah pokoknya.

(IKAN SELAR = ikan kecil, gak sekecil teri gak sebesar gurame, panjangnya sama seperti alat vital orang Indonesia. Berwarna keperakan dengan sedikit unsur warna kuning. Klo digoreng sampe garing, bisa gw makan, daging buntut sirip dan palanya, cuman tersisa tulang punggung ama mata doank)

Disana gw menyaksikan aktivitas biadab dari koki-koki Macro. Yaitu pemotongan ikan hidup-hidup, ikan yang masih segar dibanting dengan nafsu birahi berlebih, ditelentangkan dengan tak berdaya, kemudian perlahan sesuatu bertuliskan 'StainlessSteel' pun menyayat dengan lembut perut ikan itu. Darah segar pun mengalir. Satu iris, dua iris, tiga iris, hingga sampai iris keempat pun ikan tersebut masih berusaha untuk melepaskan diri.

Tergolak kejang di atas talenan, mata yang sudah memerah karena darahnya sendiri, gerak lambat dari insang yang masih berharap untuk secercah oksigen pun mengakhiri kisah si ikan.

Pergilah dengan damai, semoga dirimu bisa menjadi makanan yang enak di restoran SeaFood.

Di lain counter, beda orang beda cerita, koki yang satu ini tidak memotong ikan hidup-hidup, karena sebelum dipotong, kepala ikan dimartil dengan palu karet selebar rebung.

KreeeNyekkkk . . . . . . .
Kira-kira begitu suara tengkorak ikan yang terkena hantaman martil. Matanya pun memerah karena pembuluh darahnya pecah, dan dalam sekejap berhenti meronta.

Pergilah dengan damai, semoga dirimu bisa menjadi asupan gizi bagi rakyat miskin.

Selesai menyaksikan pembunuhan makhluk berinsang tersebut, me en my family bayar belanjaan ke kasir.

Di depan Macro ada toko Pukis dan gorengan, yang 1 nya seribu. Bener-bener biadab yang jual, pengen gw telentangin di aspal trus gw lindes pake Dunloop. Berhubung ini SinCia, jadi anggep aja ngasih Angpao.

Kami pun mencari makan, berhubung koko gw (si Otong) lagi ngidam masakan Jepang, maka kamipun memilih Gokana Teppan yang terletak di BSD Junction.

Mall bapuk tersebut bentar lagi akan gulung tikar, dan diganti menjadi pusat perbelanjaan perabotan rumah, kurang lebih seperti Depo Bangunan.

Golden Pearl, Rice Bowl, dan beberapa toko lainnya dah hengkang duluan, sisa Platinum dan Gokana Teppan disana. Dan beberapa toko semi produktif yang menghitung hari menjelang ajal.


Tragedi pun terjadi di Gokana Teppan. Saat itu sedang diadakan lomba makan Ramen yang katanya SUPER DUPER X-TRA HOT. Jika berhasil makan dalam 20 menit, maka akan mendapat kupon gratis buat makan Teppanyaki.

Awal-awal gw takut mencret, jadi gw mesen Soyu Ramen doank, dan Es Kopi (kaya Karel yah ^^) dan yang mesen 'Super Xtra Hot Ramen' cuman mak gw.

Ketika ramen laknat tersebut dibawa ke meja gw, tiba2 pegawai GT (Gokana Teppan) teriak-teriak dengan bahasa Jepang.

Dibawanya Ramen besar yang mendidih, dan kuahnya merah sangat, mirip ketupat sayur. Dengan sebuah tanda lomba (kayu bargambar Sumo 'ngeden' karena kepedesan, bagi gw lebih mirip korban sodomi jagung rebus)

Dengan muka sumringah dy meletakkan Ramen, gambar korban Sodomi, dan juga StopWatch.

Begitu StopWatch ditekan lomba pun dimulai. Dasar keluarga Sabirin yang aneh, emak gw malah doa sebelum makan dulu -_-

Seperti biasa, tanda salib dibuat, doa dalam hati, dan tanda salib lagi. Detik ke 30 emak gw baru makan Ramen tersebut.

Sementara gw, Otong, bokap, en kakek gw makan makanan biasa.
Soyu Ramen yang gw beli mie-nya mirip mie Aceh, dan kuahnya mirip Indomie.

Di menit ke sepuluh, mak gw pun menghabiskan Ramen tersebut. Setelah melapor ke 'panitia' lomba, tiba2 pegawai GT kesurupan lagi. Kali ini teriak ' Yataaaaaa, Yataaaaaa . . . .' diiringi suara bedug dari kulit babi.

(Yataa : 'berhasil' dalam bahasa Jepang, yang diucapkan Hiro Nakamura ketika dy teleport ke Town Square di serial Heroes)

Ternyata Ramen tersebut gak pedes, begitu pengakuan Mak gw. Katanya cuman panas aja, pedes seh lebih pedesan cuka pempek buatan mak gw (yang diracik dengan brutal oleh bokap, maklum Palembang asli, indera perasanya dah kebal ama rasa pedas)

Karena terdorong oleh rasa petualangan Sherina, maka gw dan si Otong, sebagai remaja sehat yang berakhlak budi tinggi, ingin mencoba juga Ramen tersebut.

Tapi gw dilarang ama Mamak ku, soalnya gw dah melahap 3 pukis, 1 pisang goreng, 1 tempe goreng, 5 snack keju (lupa namanya), Soyu Ramen, dan 1 teh cina (lebih mirip Liang Teh), Serta setengah es Kopi yang terbuang di akhir cerita.

Namun karena gw pede berlebih terhadap kapasitas lambung sendiri, gw pun merengek minta Ramen. Dengan muka mupeng, si Otong mesen 2 Ramen 'Super Xtra Hot Ramen'

Kejadian selanjutnya sama seperti diatas, pegawai GT teriak-teriak minta nenen, dan dalam sekejap di depan gw udah ada Ramen.

Dengan melepas kacamata, dan sejumput tissue untuk keringat, kami pun langsung melahap Ramen tersebut.

Ditengah-tengah perjuangan, gw telah sadar bahwa gw telah membuat keputusan yang keliru.
















Yang kiri : seneng dapat jatah makan tambahan.

Yang kanan : baru menyadari kesalahan dirinya.

Yang tengah : Sumo korban sodomi.


Maka pertandingan pun dimulai, demi mendapatkan 1 kupon Teppanyaki















Kiri : santai dan bahagia, dengan sedikit senyum licik

Kanan : mulai megap-megap kaya ikan di Macro
(Mie segede itu gak gw kunyah, cuman diputusin trus ditelen bulet)


Setelah selesai, terdengar yell-yell Yataa lagi, tapi muka nya dah pada males, soalnya 1 meja yell-yell nya 3 kali.

Cerita di SKIP hingga tetes terakhir dari kuah Ramen :
















Kiri : masih nyari mie jatoh di meja dan lantai

Kanan : meminta pengampunan Tuhan agar tidak muntah


Setelah minum teh cina buat mendorong masuk Ramen, tiba tiba pala gw puyeng, tangan langsung gemetar dan keringet dingin. Mata gw jadi kunang-kunang dan sakit pada bagian belakangnya. Dada menjadi sesak dan napas pun sulit. Buat ngomonk "i love miyabi" aja rasanya dah gak mungkin.

Gw langsung sadar, lambung gw berusaha mendorong Ramen yang gw telan bulat-bulat tadi, tanpa dikunyah. Perut serasa ditonjok-tonjok Chris John, leher kaya dicekek Ade Rai. Buat jalan aja gemeter, keringet menyerbu bukan karena pedas, tapi karena mual.

Gw jadi kaya orang overdosis putaw, langsung aja gw minta ke mobil ama si Otong (masih ketawa ketiwi abis dipotret ama abang GT, buat dipasang di Hall Of Fame, gw juga ada looo)

Meninggalkan Bonyok en Kakek yang lagi bayar di kasir, gw ngicir ke mobil.

Sendi lutut gw jadi berderit, mata dah gak liat kemana-mana kecuali pintu keluar. Semua konsentrasi terpusat di otot peristaltik (otot leher yang berguna untuk menelan makanan)

Mirip manula yang kena hernia, gw berlari2 kecil namun stabil menuju mobil yang nan jauh parkirnya.

Ketika sampai mobil, ternyata ada saluran pembuangan untuk air hujan. Tak tanggung-tanggung gw langsung menukik, mulut sejajar dengan pantat dengan posisi lambung sedikit diatas. Kemudian kerongkongan gw pun terasa panas oleh bumbu Ramen yang keluar dengan deras.

Hoeeeek Hoeeeek . . . . Mie-mie utuh yang masih panjang keluar dengan alunan musik Mozart, mengisi saluran pembuangan hujan. Hari itu gw menyumbang makanan buat tikus-tikus di saluran pembuangan dan semut-semut di taman.

Setelah 2 kali muntah, badan gw tiba-tiba fit lagi, keringet dingin langsung ilang, pala langsung seger, dan gw langsung bisa mengeja 'i love tante Ozawa dan cicik Leah'

Tubuh manusia memang aneh, semua gejala kelebihan konsumsi putaw hilang dalam hitungan detik. Gw langsung bisa cengar cengir lagi, menertawakan kesombongan gw saat menantang kapasitas perut sendiri.

P.S : Sebenernya Mak gw dengan asik moto-moto penderitaan gw saat ngabisin kuah ramen yang aneh dan menyiksa. Namun untuk melindungi kepentingan beberapa pihak, hanya 2 photo diatas yang dipajang karena telah lulus lembaga sensor.

P.S : Sebenernya si Otong menyimpah photo hasil buangan limbah gw di hape, namun agar blog ini tetap sehat dan menyegarkan, gak jadi gw masukin photonya ^^